Selamat datang di Media Komunikasi RW 13 Pekayon Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Indonesia. Blog ini berisikan informasi dan media komunikasi warga RW 12 Kelurahan Pekayon Jaya , Kecamatan Bekasi Selatan , Jawa Barat , Indonesia

Posyandu

Assalamualaikum wr wb,
Selamat pagi ibu2...... info agenda posyandu Kemuning RW 013 :

Pelaksanaan
*Vaksin MR (Measles Rubella) atau campak Rubella,*

Hari  :  *Jum'at , 15 September 2017*

Jam :  *08.00 -  selesai*

Tempat : *Balai Warga RW 013*

Untuk :
Balita usia :
*9 bln - 6 thn (blm sekolah)*

*7 th - 15 thn (yg  belum diberikan vaksin di sekolahnya)*

Kader Akan mendata bayi dan balita yg termasuk di kategori tsb
Biaya : Gratis 👍

Mari kita lindungi buah hati kita 🎈🌺👼🏻👩‍👧‍👧

Acara HUT NKRI 2017 - RW 13 Pekayon Jaya, Bekasi

SEMINGGU MENUJU PROKLAMASI KEMERDEKAAN
APA DAN SIAPA
oleh Bunce Harbunangin - Psi UNPAD


Di bawah ini dicantumkan keterangan (singkat) tentang beberapa pelaku sejarah yang disebutkan di dalam buku ini. Bila ada nama-nama lain yang belum diterangkan semata-mata adalah karena keterbatasan data yang dimiliki Penulis tentang mereka.

IR. SUKARNO
Lahir 6 Juni 1901 di Surabaya. Wafat 21 Juni 1970 di Jakarta.
Menempuh pendidikan ELS (Europese Lagere School – Sekolah Dasar Eropa); HBS dan THS (Technische Hoge School - Sekolah Teknik, sekarang: ITB) di Bandung.
Semasa kuliah mendirikan Algemeene Studie Club (Kelompok Studi Umum). Tahun 1927, dalam usia 26 tahun ia mendirikan dan menjadi ketua partai Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) yang kemudian berganti menjadi Partai Nasional Indonesia.
Kegiatan-kegiatan politiknya mengantarkan ia ke penjara Banceuy, Bandung. Melalui putusan pengadilan, Sukarno dijatuhi hukuman 4 tahun penjara dan dikirim ke Sukamiskin. Selepas dari penjara, Sukarno dibuang ke Ende Flores, kemudian dipindahkan ke Bengkulu. 
Memproklamasikan kemerdekaan Indonesia bersama Hatta dan keesokan harinya diangkat oleh PPKI sebagai Presiden Indonesia.

DRS. MOHAMAD HATTA
Lahir 12 Agustus 1902 di Bukitinggi, Sumatera Barat. Wafat 14 Maret 1980 di Jakarta.
Menempuh pendidikan ELS (Europese Lagere School – Sekolah Dasar Eropa) di Bukittinggi; Eerste Europese Lagere School di Padang; MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs - Sekolah Menengah Atas) di Padang; PHS (Sekolah Menengah Dagang) di Jakarta; dan melanjutkan ke Handels Hoge School di Belanda. 
Semasa di Belanda pernah memimpin Perhimpunan Indonesia dan sempat ditahan Pemerintah Belanda kemudian dibebaskan kembali oleh putusan pengadilan di Den Haag.
Memimpin partai Pendidikan Nasional Indonesia. Akibat pergerakannya, Hatta sempat dipenjara di Glodok, kemudian dibuang ke Boven Digul, Banda Neira dan Sukabumi. 
Memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia bersama Sukarno dan diangkat menjadi Wakil Presiden RI, dan Perdana Menteri.



SUTAN SYAHRIR
Lahir 5 Maret 1909 di Padang Panjang. Wafat 9 April 1966 di Zurich. 
Menempuh pendidikan ELS (Europese Lagere School – Sekolah Dasar Eropa); MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs - Sekolah Menengah Atas) di Medan dan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Leiden, Belanda, tidak tamat karena pulang ke Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan. Dibuang ke Boven Digul dan Banda Neira bersama Hatta dan pemimpin perjuangan lainnya. 
Setelah kemerdekaan menjadi Ketua Badan pekerja KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) dan Perdana Menteri pertama. 
Mendirikan dan menjadi Ketua Partai Sosialis Indonesia (PSI)


DR. KRT RADJIMAN 
Lahir 21 April 1879 di Yogayakarta. Wafat 20 September 1952 di Ngawi, Jawa Timur.
Ikut mendirikan dan pernah menjadi Ketua Boedi Oetomo.
Menempuh pendidikan ELS (Europese Lagere School – Sekolah Dasar Eropa); Sovia; kedokteran di Sekolah Kedokteran di Belanda.
Pada tahun 1996, pemerintah menetapkan tanggal 29 Mei sebagai Hari Lanjut Usia untuk menghormati jasa almarhum Dokter KDRT Radjiman Wediadiningrat yang pada 29 Mei 1945 memimpin sidang pertama sebagai Ketua Dokuritzu Zyumbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dalam usianya yang ke 65. 
Setelah kemerdekaan antara lain pernah pernah menjadi anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dan DPA (Dewan Pertimbangan Agung).
Selain sebagai dokter dan politikus, Radjiman juga dikenal sebagai ahli Filsafat Jawa.


MR. SUBARDJO
Lahir 23 Maret 1896 di Karawang. Wafat 14 Desember 1978 di Jakarta.
Menempuh pendidikan di Fakultas Hukum di Leiden, Belanda.
Semasa kuliah pernah menjadi Ketua Perhimpunan Indonesia (1921-1922). 
Di masa menjelang proklamasi, Subardjo menjabat sebagai Kepala Biro Riset Angkatan Laut Jepang. 
Setelah kemerdekaan menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama pada Kabinet Presiden, Duta Besar untuk Swiss, dan anggota DPA (Dewan Pertimbangan Agung).

WIKANA
Lahir 18 Oktober 1914 di Sumedang, Jawa Barat. Wafat 1966.
Menempuh pendidikan antara lain di ELS (Europese Lagere School – Sekolah Dasar Eropa) dan MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs - Sekolah Menengah Atas).
Pernah menjadi Ketua Angkatan Pemuda Indonesia (API) dengan dibantu oleh DN Aidit sebagai asistennya. Organisasi pemuda ini kemudian melebur menjadi Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo). 
Menjelang proklamasi, bekerja di kantor Kaigun Bukanfu pimpinan Meida dan ditugaskan oleh Subardjo untuk menjadi penanggung jawab Asrama Indonesia Merdeka. 
Setelah kemerdekaan, pernah menjadi Gubernur Militer di Solo, Menteri Negara pada Kabinet Sutan Sjahrir ke-3, anggota MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) serta pengurus Partai Komunis Indonesia.

SOEBADIO SASTROSATOMO
Lahir 1919 di Pangkalanbrandan, Sumatera Utara. Wafat 1998 di Jakarta. 
Menempuh pendidikan tinggi kedokteran (tidak tamat) dan kemudian pindah ke pendidikan tinggi hukum.
Setelah kemerdekaan antara lain menjadi anggota polit biro partai PSI (Partai Sosialis Indonesia) dan anggota Badan Pekerja KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat), Parlemen RIS, DPRS, DPR.
Pak Camat sedang memberi sambutan

SUKARNI 
Lahir 14 Juli 1916 di Blitar. Wafat 7 Mei 1971 di Jakarta.
Dalam masa perjuangan melawan penjajahan menjadi anggota Perhimpunan Indonesia Muda; dan mendirikan Persatuan Pemuda Kita; aktivis Gerakan Angkatan Baru Indonesia, organisasi pemuda yang sering disebut aktivis Menteng 31. Pernah bekerja di Kantor Berita Domei (yang kemudian menjadi Kantor Berita Antara).
Dalam masa setelah kemerdekaan menjadi anggota PP (Persatuan Perjuangan) yang didirikan oleh Tan Malaka; memimpin partai politik Murba; menjadi anggota Konstituante; menjadi Duta Besar RI untuk Republik Rakyat Tiongkok dan Mongolia; menjadi anggota DPA (Dewan Pertimbangan Agung).

DR MUWARDI
Lahir 1907 di Pati, Jawa Tengah. Wafat 13 September 1948.
Menempuh pendidikan di ELS (Europese Lagere School – Sekolah dasar Eropa); serta STOVIA (School tot Opleiding voor Indische Artsen – Sekolah Kedokteran). 
Dalam masa perjuangan melawan penjajahan menjadi anggota Jon Java; menjadi anggota Indonesia Muda; serta aktif dalam Barisan Pelopor.
Ia diculik dan dibunuh oleh komunis.

M.T. HARYONO
Lahir 20 Januari 1924 di Surabaya. Wafat Oktober 1965.

Menempuh pendidikan ELS (Europese Lagere School – Sekolah Dasar Eropa); HBS (Hogere Burger School – Sekolah Menengah Atas); dan Ika Dai Gaku (Sekolah Kedokteran) tetapi tidak tamat.
Dalam masa setelah kemerdekaan bergabung dengan TKR (Tentara Keamanan Rakyat); menjadi Atase Militer untuk Belanda; Deputi III Men/Pangad (Menteri/Panglima Angkatan Darat).
Pangkat terakhirnya Letnan Jenderal (Anumerta).
Ia diculik dan dibunuh oleh dalam peristiwa G30S PKI.

DR. R SOEHARTO
Lahir 24 Desember 1908 di Surakarta. Menikah dengan R.Ay. Sinta Lente Tejasukmana. Tamatan Fakultas Medica, Sekolah Tinggi Kedokteran. Melanjutkan sekolah sampai meraihgelar Doktor. Pernah menjabat sebagai Ketua Umum IDI dan memprkarsai berdirinya Perkumpulan Keluarga Berencana. Sebagai dokter pribadi yang bertugas sekitar 25 tahun, ia memiliki hubungan pribadi yang cukup erat dengan Sukarno dan Hatta. Di awal kemerdekaan ia pernah menghadiahkan sebuah mobil untuk keperluan Sukarno bekerja. Dalam pemerintahan, beliau pernah menjadi Menteri Perindustrian Rakyat.

MR.SUWANDI
Lahir 1899. Wafat 1964. 
Menempuh pendidikan RHS (Recht Hoge School – Sekolah Tinggi Hukum).
Di masa perjuangan kemerdekaan mengambil posisi non-kooperasi bersama Sutan Sjahrir. 
Dalam masa setelah kemerdekaan menjabat sebagai Menteri Kehakiman Kabinet Sutan Sjahrir ke 1 dan ke 2, dan sebagai Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan pada Kabinet Sutan Sjahrir ke 3.

FATMAWATI
Nama asli Fatimah, lahir di Bengkulu 1923 wafat 1980. Ayahnya adalah Hasan Din, keturunan keluarga raja Indrapura, seorang tokoh Muhammadiyah.

Fatmawati menjadi Ibu Negara yang pertama dan salah satu jasa besarnya adalah menjahit bendera Merah Putih yang menjadi bendera pusaka dan pertama kali dikibarkan saat proklamasi.
SAYUTI MELIK
Lahir 25 November 1908 di Yogyakarta. Wafat 2 Maret 1989 di Jakarta.
Di masa perjuangan kemerdekaan menjadi anggota PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Dipercaya Sukarno sebagai sekretaris pribadi Sukarno. 
Dalam masa setelah kemerdekaan menjadi Penasihat Pribadi Presiden Sukarno; anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat); anggota DPRGR/MPRS; dan anggota DPR/MPR.
Menikah dengan teman seperjuangan, SK Trimurti namun sayang pernikahan tersebut tidak berjalan terus.

SURASTRI KARMA (SK) TRIMURTI
Lahir 11 Mei 1912 di Boyolali. Wafat 20 Mei 2008 di Jakarta.
Menempuh pendidikan di Tweede Inlandsche School. Bekerja sebagai guru dan kemudian menjadi wartawan. Menikah dengan Sayuti Melik. Dalam peristiwa penaikan bendeka saat proklamasi ia adalah wanita yang berdiri di sebelah kanan Fatmawati
Di masa perjuangan kemerdekaan menjadi salah satu ketua partai politik Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia). Setelah kemerdekaan menjabat sebagai Menteri Perburuhan pada Kabinet Perdana Menteri Amir Syarifudin.
Sesudah tahun 1950, Trimurti mengundurkan diri dari politik dan mengikuti kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dalam usia empat puIuh tahun lebih. Aktivitas nya sebagai jurnalis terus berjalan dengan menulis dan mendirikan majalah Mawas Diri. Penulis sempat berbincang dengan salah satu penanda tangan Petisi 50 ini, di rumahnya, sekitar Kramat Jakarta. Usianya saat itu 80 an tetapi pikirannya masih tajam dan tetap bersemangat membicarakan soal-soal kemasyarakatan.

SOEDIRO
Namanya sering ditambah dengan kata mbah untuk membedakan dengan Sudiro Barisan Pelopor. 
Soediro adalah sekretaris Subarjo di Kantor Penghubung Angkatan Laut Jepang dan Pembantu Umum Sukarno. Pemah menjadi staf Fikiran Rakyat.

SUDIRO
Lahir 24 April 1911 di Yogyakarta. Wafat 1992.
Menempuh pendidikan di HIS (Hollandsch Inlandsche School - Sekolah Dasar) Yogyakarta, Openbare Kweekschool Yogyakarta, Openbare Hogere Kweekschool Magelang dan beberapa kursus.
Pemimpin Harian Barisan Pelopor (Shuishintai) yang menyebarkan instruksi kepada rakyat untuk menghadiri rapat proklamasi yang rencana awalnya di Lapangan Ikada tapi kemudian karena alasan keamanan, dipindahkan oleh Sukarno ke rumahnya, Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Setelah proklamasi, Sudiro yang "mencarikan" mobil kepresidenan yang pertama, Buick hitam, yang diambilnya dari Kepala Departemen Perhubungan Belanda.
Setelah kemerdekaan antara lain menjadi Wakil Residen dan Residen Surakarta, Residen Madiun dan Besuki, Gubernur Sulawesi, Walikota dan kemudian Kepala Daerah Jakarta Raya, Anggota Dewan Konstituante, dan Anggota DPA (Dewan Pertimbangan Agung)

DR. SAMSI
Mula-mula ia adalah seorang guru di Jawa Ialu mendapat bea siswa dari Darmo Woro, lembaga yang didirikan Budi Utomo untuk melanjutkan studi ke Belanda Fakultas Ekonomi Rotterdam sampai mendapat gelar Doktor dalam bidang Ekonomi. Pernah bekerja sebagai dosen bahasa Jawa di Leiden. 
Setelah kemerdekaan, antara lain menjadi Menteri Keuangan.

SUKARJO
Lahir 5 Juni 1903 di Kesugihan, Cilacap. Wafat 23 Oktober 1962 di New York.
Di masa penjajahan bersama Sutomo ikut mendirikan PBI (Persatuan Bangsa Indonesia); menjadi anggota Parindra (Partai Indonesia Raya) dan sekretaris Gapi (Gabungan Politik Indonesia); serta memimpin suratkabar Asia Raya.
Setelah kemerdekaan menjadi duta besar RI untuk Vatikan, Duta Besar Luar Biasa untuk Italia, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Republik Rakyat Cina serta Wakil Tetap Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa.

BURHANUDDIN MOHAMAD (BM) Diah
Lahir 7 April 1917 di Banda Aceh. Wafat 10 Juni 1996 di Jakarta.
Menempuh pendidikan di HIS (Hollandsch Inlandsche School - Sekolah Dasar) kemudian pindah ke Taman Siswa; serta melanjutkan ke Kesatriaan Instituut (sekarang: Sekolah Kesatriaan) yang dipimpin oleh DR EE Douwes Dekker.
Aktif dalam pergerakan memperjuangkan kemerdekaan.
Setelah kemerdekaan menjadi tokoh pers dan pendiri serta pemilik surat kabar Merdeka; Menteri Penerangan RI dalam Kabinet Ampera (1968); Ketua Umum PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Pusat; Duta Besar RI untuk Ceko, Inggris, Muangthai.

RIWU GA
Lahir sekitar tahun 1920 di Nusa Tenggara Timur. Wafat 17 Agustus 1996 di Kupang.
Menjadi pelayan Sukarno Sejak usia 14 tahun, ketika Sukarno dibuang ke Ende dan ikut ketika Sukarno dibuang Belanda ke Bengkulu. 
Suatu saat menjelang Jepang menduduki Indonesia, Sukarno akan dibuang Belanda ke Australia dengan sebuah kapal kecil. Sukarno bersikukuh agar Riwu Ga ikut serta tetapi ditolak Belanda karena kapal tidak muat. Karena Sukarno tidak mau pergi tanpa Riwu maka keberangkatan Sukarno ditunda, menunggu kapal Iain. Malam harinya tentara Jepang mendarat, Belanda lari, sehingga Sukarno batal dibuang ke Australia. 
Pada saat proklamasi selesai dibacakan, Riwu Ga menjalankan tugas penting dan berisiko tinggi dari Sukarno yaitu menyebarkan berita bahwa Indonesia sudah merdeka dengan berteriak dan mengibar-ngibarkan bendera dari atas jip terbuka bersama Sarwoko, berkeliling kota Jakarta. 
Setelah kemerdekaan, Riwu Ga pulang ke Nusa Tenggara Timur, menjadi petani.

ADAM MALIK
Lahir 22 Juli 1917 di Pematang Siantar. Wafat 5 September 1984 di Bandung.
Menempuh pendidikan resmi hanya sampai HIS (Hollands Inlands School – Sekolah Dasar) dan kemudian menlanjutkan pendidikannya secara otodidak.
Di masa penjajahan menjadi anggota Partindo. Aktif dalam kegiatan pemuda memperjuangkan kemerdekaan. 
Setelah kemerdekaan antara lain menjadi anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat); duta besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk Uni Soviet dan Polandia; pendiri Lembaga Kantor Berita Antara; menteri pada beberapa kementerian termasuk Menteri Luar Negeri; dan kemudian Wakil Presiden RI.
Ikut mendirikan Partai Murba.

DR. MOHAMMAD AMIR
Lahir 27 Januari 1900 di dekat Sawahlunto, Sumatera Barat. Wafat tahun 1949 di Belanda.
Menempuh pendidikan di HIS (Hollandsch Inlandsche School - Sekolah Dasar), Palembang dan kemudian pindah ke ELS (Europeesche Lagere School - Sekolah Dasar Eropa), Jakarta; melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs - Sekolah Menengah Atas), Jakarta; kuliah di Stovia (School tot Opleiding van Indische Artsen - Sekolah Kedokteran Belanda), Jakarta; dan menempuh pendidikan spesialis psikiatri di Fakultas Kedokteran, Universitas Utrecht, di Belanda.
Di masa perjuangan: ikut mendirikan perhimpunan pemuda asal Sumatra, Jong Sumatranen-Bond (JSB); menjadi Komisaris Pengurus Indonesische Vereeniging (kemudian menjadi Perhimpunan Indonesia) di Belanda.
Diundang menghadiri sidang-sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Setelah kemerdekaan ia antara lain menjadi Menteri Negara dalam kabinet yang pertama dibentuk setelah merdeka; menjadi Wakil Gubemur Sumatra; bekerja sebagai dokter di Gorontalo, Palu dan Makassar; serta menjadi pengarang dan budayawan.

DR. ALI AKBAR
Lahir di Bukit Tinggi 12 Agustus 1912. Tanggal kelahirannya sama dengan Bung Hatta. Sejak muda aktif dalam kepanduan Muhammadiyah dan menjadi salah satu aktivis yang menonjol. 
Setamat kuliah dari Sekolah Kedokteran Ika Dai Gaku, Ali Akbar bergabung dengan Asrama Menteng, kelompok pemuda non-kooperatif terhadap Jepang dan penentang PPKI . Di Asrama menjadi Guru Agama dan Imam Mushola. Setelah kemerdekaan, karir politiknya berkembang lewat Partai Masyumi dan sempat menjadi anggota DPR(S) tahun 1954-1960. 
Di bidang akademis Ali Akbar banyak meninggalkan jejak. Di antaranya sebagai salah satu pengajar pertama di FKUI dan FK USAKTI. Tidak berhenti sebagai dosen, Ali Akbar juga mendirikan Universitas Muhammadiyah dan menjadi Presiden (Rektor) pertama. 
Ulama, dokter, dosen dan politisi ini tercatat sebagai salah satu penanda tangan Petisi 50 di tahun 1980. 
Beliau wafat tahun 1994 di Jakarta. Meninggalkan seorang istri dan delapan orang anak.

MR. ABAS
Lahir 1906 di Diski, dekat Binjai, Sumatera Utara.
Menempuh pendidikan semula di Stovia, Jakarta, kemudian sebelum tamat ganti kuliah di RHS (Rechts Hooge School - Sekolah Tinggi Hukum) Jakarta.
Aktif dalam Perkoempoelan Peladjar Peladjar Indonesia (PPPI) dan ikut menjadi Panitia Kongres Pemuda 28 Oktober 1928.
Menjadi anggota Partai Indonesia Raya (Parindra).
Setelah kemerdekaan, antara lain menjadi pengacara.

 
LAKSAMANA MUDA TADASHI MAEDA
Lahir tahun 1898. 
Mula-mula bekerja sebagai guru sekolah kemudian bergabung dengan Angkatan Laut Jepang. Memulai karir sebagai Staf Seksi Eropa.
Menjadi Atase Angkatan Laut pada Kedutaan Jepang di Belanda.
Ketika Jepang masuk Indonesia, Maeda ditugaskan sebagai Kepala Kaigun Bukanfu (Kantor Penghubung Angkatan Laut).
Penyayang anjing ini dikenal halus perasaannya. Maeda lah yang menggagas dibentuknya Asrama Indonesia Merdeka. Setelah perang usai, persahabatannya dengan tokoh-tokoh Indonesia tetap dilanjutkan dengan berkunjung beberapa kali ke Indonesia.

KOLONEL MIYOSHI
Perwira Angkatan Darat Jepang. Penghubung antara Kantor Badan Penasehat Hatta dengan Markas Besar Militer Jepang. Di masa damai, Myoshi adalah diplomat ulung dari Gaimusho, Kementerian Luar Negeri Jepang.

Selepas subuh, rumah Sukarno, di Pegangsaan Timur 56 itu masih tampak sepi. Di ruang tengah, Fatmawati baru saja menyelesaikan jahitan bendera Merah Putih yang akan dikibarkan di hari bersejarah ini. Bendera itu berukuran besar 2x3 meter dan dijahit dengan mesin jahit merk Singer berwarna merah. Mesin jahit yang digerakkan dengan tangan. 
Guntur sedang ditemani oleh Maria, pelayan, serta Hassan Din, kakeknya Guntur. Sedangkan Sukarno masih tergeletak di tempat tidur, badannya panas terkena malaria. Suhu badannya mencapai 40 derajat Celcius. Riwu Ga, pelayan, dan beberapa orang sedang mempersiapkan halaman untuk tempat upacara.

Sebuah mikrofon buatan lokal berdiri tegak di ruang muka. Mikrofon ini pagi-pagi benar diambil oleh Wilopo dan Nyonoprawoto dari pembuatnya, bernama Gunawan, pemilik radio Satrya, di rumahnya di jalan Salemba Tengah 24, tanpa diberitahu untuk apa mikrofon itu dipinjam. Karena Wilopo dan Nyono sama-sama tidak mengerti bagaimana memasangnya maka Gunawan mengutus seorang anak muda bernama Sunarto untuk memasang mikrofon itu.
Berita rencana proklamasi telah menyebar dari mulut ke mulut sejak tadi malam.

Matahari mulai merambat naik. Jam dinding menunjukkan pukul 07.00. Di halaman telah berkumpul kira-kira seratus orang. Tampak Muwardi, pemimpin Barisan Pelopor sedang memberikan pengarahan kepada pasukannya. Ada pula Sudiro dari barisan Pelopor yang bertugas sebagai Pembantu Umum Sukarno. Tampak pula Suwiryo dari gerakan Djawa Hokokai, dan SK Trimurti, wartawan.
Orang-orang lain ada yang membawa bambu runcing, sekop, golok atau tongkat. Laki-laki dan perempuan. Melihat pakaian yang dikenakan mereka datang dari berbagai kalangan: petani, pelajar, mahasiswa, tentara rakyat, dan lain-lain. Tentara-tentara Peta membawa senjata dan mengawal setiap sudut halaman. Wajah mereka umumnya seperti menahan kantuk.

Sekitar pukul 09.00 telah terkumpul sekitar 500 orang yang terus bertambah berdatangan dari setiap penjuru. Sebuah mobil dengan tempat muatan terbuka, masuk ke halaman. Turun sekitar 20 orang mahasiswa. Diikuti mahasiswa lainnya yang datang dengan jalan kaki. Barisan Pelopor untuk mengamankan acara telah berjaga-jaga. Senjata yang dibawa oleh anggota-anggota Barisan Pelopor hanyalah bambu runcing dan golok saja.
Jarum jam menunjukkan pukul 9.50. Udara hari Jumat di bulan puasa ini terasa kering dan panas. Beberapa orang tampak mulai gelisah. Hatta belum datang. Orang-orang mulai kuatir Kempeitai akan tiba dan menggagalkan acara maha penting ini.

Mustahil rasanya bila sudah hampir pukul 11.30 jam Nippon, rencana besar ini tidak diketahui pihak Jepang.
"Sekarang Bung, nyatakan kemerdekaan sekarang. Matahari sudah tinggi. rakyat sudah gelisah, rakyat sudah berkumpul. Ucapkanlah proklamasi," desak Muwardi, penanggung jawab keamanan, kepada Sukarno di kamarnya. "Bukankah teks itu sudah ditanda tangani oleh Bung Hatta?"
Sukarno menggeleng. Muwardi mendesak terus dan akhirnya Sukarno menjawab, "Saya tidak akan membacakan proklamasi kalau tidak bersama Bung Hatta. Kalau Mas Muwardi tidak mau tunggu silakan baca proklamasi sendiri."
Muwardi tidak berani mendebat lagi. Sudiro yang menyaksikan perdebatan itu pun terdiam saja.
Sukarno kembali berbaring sambil menahankan sakit demam malaria.

Lima menit menjelang pukul 10.00, terdengar sorak sorai dari halaman muka, "Bung Hatta datang!" Benar, Hatta tiba dan langsung masuk ke dalam rumah menuju kamar tidur. Sukarno bangkit dan berpakaian. Pakaian serba putih, sama seperti Hatta.

Perwira Peta tertua, Latief Hendraningrat berpangkat Cudanco (Komandan Kompi) masuk, dan bertanya, "Apakah Bung Karno sudah siap?” Sukarno hanya mengangguk dan berjalan ke luar diiringi Hatta dan Fatmawati yang berkerudung dan berbaju garis-garis.

Di ruang tengah telah berkumpul beberapa orang. Tampak Suwiryo, Johannes Latuharhary, Samsi, SK Trimurti, A. Gaffar Pringgodigdo, Tabrani, Sukardjo, Suroto, dan Soedjono Di dekat telepon kamar kerja Sukarno, seorang tentara Peta berdiri untuk bertindak jika ada satu orang Jepang yang muncul.
Upacara dimulai. Suwiryo memimpin upacara dilanjutkan dengan pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang telah disusun PPKI sebulan sebelumnya, oleh Muwardi.
Setelah itu Sukarno menghamipiri mikrofon, tangannya memegang teks proklamasi yang telah diketik tadi pagi. Hatta berdiri di sebelah kiri Sukarno, agak di belakang.

Sukarno memulai pidatonya, "Saudara-Saudara sekalian! Saya telah minta hadir di sini untuk menyaksikan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun.

Gelombangnya aksi kita untuk kemerdekaan kita itu ada naiknya dan turunnya tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita. Juga di dalam jaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti-henti. Di dalam jaman Jepang ini, tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya tetap kita menyusun tenaga kita sendiri. Tetap kita percaya pada kekuatan sendiri.

Sekarang tiba saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan dan nasib tanah air di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri akan dapat berdiri dengan kuatnya.
Maka kami tadi malam telah mengadakan musyawarat dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia, dari seluruh Indonesia. Permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita.

Saudara-Saudara! Dengan ini kami nyatakan kebulatan tekad itu. Dengarkanlah proklamasi kami." .
Sukarno membacakan teks proklamasi:
"Proklamasi, kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan Iain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Jakarta, 17 Agustus '05. Atas nama bangsa Indonesia, Sukarno-Hatta."

Sukarno menutup pidatonya dengan kalimat , "Demikianlah Saudara-Saudara, kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita. Mulai saat ini kita menyusun negara kita! Negara Merdeka, dengan Republik Indonesia merdeka, kekal dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kita, kemerdekaan kita ini."

Latief yang berseragam Peta dibantu seorang pemuda bercelana pendek putih-putih, Suhud Martokusumo, mengambil bendera yang dibawa di atas baki oleh seorang pemudi, mengikatkannya pada tali dan mengereknya perlahan-lahan di sebuah tiang besi yang tidak begitu tinggi. Tiang itu berdiri tepat di muka kamar depan, hanya beberapa meter dari teras rumah. Di dekat tiang bendera berdiri Fatmawati dan SK Trimurti serta beberapa perempuan lainnya.

Bendera naik berkibar dengan gagahnya, Sukarno memberi hormat, dan semua orang menyanyikan Iagu Indonesia Raya. Riwu Ga sang pelayan, meneteskan air matanya. Sebagian besar yang hadir juga menangis terharu.
Selesai menyanyikan lagu Indonesia Raya, semua bersorak-sorai , “Merdeka, Merdeka !!”
Mereka berebut menyalami Sukarno dan Hatta.
"Alhamdulillah, kita sudah merdeka," ucap Sukarno dan Hatta berulang-ulang.
Alex Mendur, wartawan Kantor Berita Domei, bersama adiknya, Frans Mendur, berkeliling memotret peristiwa-peristiwa bersejarah hari itu melalui kamera Leica-nya.

Terdengar tentara Peta yang di dekat telepon berteriak berbicara di pesawat telefon melaporkan kepada seseorang, "Ya, sudah selesai!"
Sukarno masuk ke dalam rumah, menuju kamar nya.

TAMAT
------------------------------------------------------
Selamat Merayakan Kemerdekaan RI ke 72 
Terima kasih
Salam, 
Bunce Harbunangin Psi UNPAD
Copas from Deni Koesmanto



Bapak Jana T. Anggadireja
Ketua RW 13, Pekayon Jaya, Bekasi Selatan

Assalamuallaikum.
Bapak2 dan ibu2 seluruh warga RW 013, kami atasnama pribadi dan ketua Rw beserta jajaran pengurus menghaturkan banyak2 terimakasih atas segala dukungan moril dan materill sehingga rangkaian kegiatan HUT RI ke 72 di lingkungan RW 013, sampai pada acara puncak panggung gembira dapat berjalan dengan meriah dan lancar. Kepada para ketua RT dan jajarannya terimakasih banyak atas kekompakan mendukung seluruh acara. Kepada donatur, terimakasih banyak atas dukungannya. Kepada ibu2 PKK yg dikomandani Bu Herlin yg sangat semangat mendukung untuk eksistensi RW 013, kami haturkan terimakasih. Kepada Umahat Al Muhajirin dan Umahat At Taqwa yg telah turut mengisi acara. Kepada seluruh pengisi acara baik perwakilan RT maupun dari luar RW 013, terimakasih kami ucapkan. Kesemua pihak dan para sponsor yg tidak dapat kami sebutkan satu persatu, terimakasih2 kami ucapkan. Wabil  khusus kami ucapkan terimakasih kepada seluruh Panitia yg dikomandani oleh Mas Ikhwan, Mas Panuju, Mas Akhmad, Bu Mery, bang Wairata dan ibu2 lainnya...... good job untuk semuanya. Mas Ikhwan, kami sulit menyampaikan untuk hanya sekedar ucapan terimakasih...kreatifitas mas Ikhwan bukan main bagi kami dan warga RW 013......jadi saya teringat ketika Mas ikhwan masih Karang Taruna RW 013, kemudian mas Ikhwan membina karang taruna RT 07 yg diberinama G7...bakat Mas Ikhwan sudah terlihat sejak awal. Terimakasih banyaaaaaaaakkkkk Mas Ikhwan. Terakhir terimakasih untuk Mas Diran "and his gang"....yang selalu setia meladeni dan menjadi partner panitia serta pengurus RW sampai larut malam.....

Kami pengurus RW 013, mohon maaf sebesar2nya kepada seluruh warga, Ketua RT dan Panitia, apabila ada kekurangan dan  sikap serta ucap yg kurang berkenan dari kami..... salam jabat erat.

Ibu Herlin 
(Ibu Ketua RW 13)

Assalamuallaikum.
Bapak2....Ibu2....serta anak2 remaja dan semua pihak yg sdh terlibat dlm acara puncak HUT RI ke 72, saya mengucapkan terimakasih atas bantuan dan pengorbanannya. Tanpa bantuan semua ini tdk akan terwujud.

Khusus untuk Pa Iwan.......luar biasa.....kereen.... ini acara tingkat RW yg luar biasa meriahnya. Salam dan sukses dari Bu Puji utk Pa Iwan dan semua panitia.
Mohon maaf jika ada tingkah dan ucap sy yg tdk berkenan di hati Bapak2 dan Ibu2 semua.

Semoga semua pengorbanan dan bantuannya menjadi pahala dan Allah yg akan membalasnya.
Jazaakumullahu khoiran katsiran.

Wassalamuallaikum..

Bapak Ikhwansyah Lufiara
Ketua Panitia 17 Agustus 2017

Assalamualaikum wr wb,
Alhamdulillah... terimakasih ya Allah, dan semua fihak yang membantu terselenggaranya acara ini, thanx utk Pak. RW yang setiap saat membimbing dan memberi masukan, arahan, tenaga dan materi. Jajaran, seluruh pak RT 001 sd 012 yang memberikan saran, arahan, dan dana, para ibu2 pengurus RW dan PKK yang tanpa lelah menyiapkan segalanya, para Donatur yang budiman dan remaja karang taruna yang saya cintai tanpa kerjasamanya semua tdk berarti apa2, panggung yang megah, lighting yang gemerlap serta sound system yang menggelegar menghantarkan kesuksesan panggung gembira, serta seluruh pengisi acara dari anak2, remaja dan orang tua... kalian the best, dan para sponsor : Agar2 swallow, rumput laut, indosat dan biznet, insyaallah kalau Allah mengizinkan saya akan bergabung tahun depan di RW. 13 yang saya cintai ini ...
Spesial Thank untuk panitia HUT RI 72 yang tidak bisa saya sebut namanya semua... inilah karya warga RW. 13 yang... saya posting kembali Video nya ya....
Semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua, Aamiin...

Wassalam
Ikhwansyah Lufiara







Rangkaian Kegiatan 17 Agustus 2016 di RW 13, Pekayon Jaya - Jalan Sehat dan Gerak Jalan di Kecamatan Bekasi Selatan, Bekasi

Warga RW 13, Pekayon Jaya mengikuti kegiatan Gerak Jalan di tingkat Kecamatan Bekasi Selatan, Bekasi
























Kegiatan Jalan Sehat dalam rangka 17 Agustus 2016 di RW 13 diawali start dari kantor RW 13, Pekayon Jaya dan mengambil rute gerak jalan adalah mengelilingi wilayah seputaran perumahan Grand Galaxy dan berakhir kembali di lapangan kantor RW 13. Kriteria penilaian pemenang lomba gerak jalan adalah menilai jumlah peserta perorangan atau keluarga yang mewakili dari masing-masing RT.
Hasil pemenang diumumkan langsung sesaat setelah kegiatan yang di menangkan oleh RT 003 juara pertama, RT 007 juara kedua dan RT 002 sebagai juara ketiga.

Kegiatan ini juga diisi dengan pembagian door price pada peserta lomba jalan sehat dengan menikmati es mambo BRAZIL dan minuman jelly dari panitia serta tidak ketinggalan lantunan karoke dari warga RW 13.



Puluhan door price dibagikan sesaat setelah kegitan jalan sehat yang merupakan sumbangan dari beberapa donatur. 


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...